Senin, 09 Mei 2016

6 Stigma Yang Kurang Tepat Tentang Gangguan Jiwa

Para penderita penyakit kronis seperti kanker kerap kali mendapatkan stigma tertentu, misalnya tidak bisa sembuh atau penyakitnya bisa menular. Namun hal ini juga sering dirasakan oleh pasien dengan gangguan mental, bahkan bisa dikatakan lebih parah.
Dampaknya, mereka jadi tidak mau berobat, tidak mau mengakui kondisinya, ataupun malah dikucilkan oleh masyarakat. Bukannya sembuh, para penderita gangguan mental ini bisa jadi malah lebih ‘sakit’.

Beberapa Stigma Tentang Gangguan Jiwa Yang Kurang Tepat

Adapun beberapa persepsi atau stigma yang keliru terhadap pasien dengan gangguan mental yang sering ditemui adalah sebagai berikut :

1. Bisa Menular

Orang-orang dengan gangguan mental umumnya mengalami spektrum emosi dengan kadar tertentu. Akan tetapi, hal ini sebenarnya disebabkan oleh produk sampingan dari bahan kimia otak serta diperparah dengan faktor lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa yang memicu gangguan mental pada umumnya terjadi di otak, bukan disebabkan oleh penularan bakteri atau virus seperti halnya flu.

2. Tergolong Penyakit Langka

Ini merupakan persepsi yang tidak tepat, sebab satu dari empat orang di dunia dapat mengalami gangguan mental pada satu titik hidupnya. Yang membedakan adalah levelnya yang bermacam-macam pada setiap individu, ada yang parah hingga perlu direhabilitasi, ada juga yang ringan dan bisa diatasi dengan minum obat secara rutin.

3. Identik Kekerasan

Sebagian kalangan menganggap bahwa penyakit mental dapat memicu seseorang untuk melakukan kekerasan. Namun berdasarkan hasil penelitian yang diadakan pada tahun 2014 menemukan bahwa orang dengan gangguan mental umumnya merupakan korban dari kejahatan atau kekerasan, bukan pelakunya.

4. Hanya Imajinasi

Masih banyak persepsi orang yang mengganggap bahwa mereka yang mengalami depresi ataupun ansietas bisa sembuh atau tenang dengan sendirinya, karena mereka dapat memilih untuk kambuh atau tidak. Faktanya, mereka juga menunjukkan gejala fisik tertentu. Pada mereka yang depresi, mereka sering mengalami sakit kepala, mengalami perubahan selera makan, dan mengalami gangguan pencernaan. Sedangan pada mereka yang mengalami ansietas atau kegelisahan, umumnya mengalami gangguan kardiovaskular, menurunnya kekebalan tubuh, dan sakit perut.

5. Tidak bisa disembuhkan

Gangguan jiwa yang dialami setiap orang memiliki perbedaan satu dengan yang lain, sehingga pengobatannya pun juga bervariasi. Hal ini tergantung dari tingkat keparahan dan gejala-gejala yang ditunjukkan si pasien. Namun kabar baiknya, gangguan jiwa masih bisa disembuhkan.

6. Dipicu dari masa kecil yang tidak bahagia

Memang, lingkungan pasien tinggal atau bagaimana ia dibesarkan mempunyai peranan penting terhadap munculnya gangguan jiwa. Namun demikian, masih ada faktor lainnya yang juga ikut berperan. Dengan kata lain, masa kecil seseorang yang kurang bahagia tidak sepenuhnya memegang peranan terhadap timbulnya gangguan jiwa.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa beberapa jenis gangguan jiwa bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Sebagai contoh, ada gangguan yang dinamakan Seasonal Affective Disorder, di mana jenis gangguan jiwa ini dipicu oleh perubahan musim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar