Kamis, 29 Oktober 2015

MANUSIA DAN PENDERITAAN

A.Pengertian Penderitaan
            Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yaitu drha artinya menahan atau menanggung. Derita artinya merasakan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau lahir batin.
            Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensita penderitaan juga bertingkat-tingkat, ada yang berat ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
            Penderitaan akan dialami oleh  semua orang, hal itu sudah merupakan resiko hidup. Tuhan memberikan kebahagian dan juga penderitaan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dari-Nya. Kepada manusia Tuhan memberikan kelebihan dibandingkan dari makhluk ciptaan yang lain. Bagi manusia yang kuat imannya musibah yang dialaminya akan cepat menyadarkannya untuk bertobat dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan kepadanya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar darinya, akan membuat manusia menyadari dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur berkurang penderitaan yang dialaminya, akhirnya bersyukur bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.

B.Siksaan
            Siksaan dapat diartikan siksaan jasmani dan juga dapat berupaa siksaan rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di akhirat nanti. Yaitu siksaan bagi orang-orang musyirk, sirik dengki, memfitnah, mencuri, membunuh dan sebagainya. Dengan siksaan-siksaan itu Tuhan tidak akan menganiaya mereka, namun merekalah yang menganiaya diri sendiri karena dosa-dosa yang mereka lakukan.
            Siksaan yang bersifat psikis misalnya kebimbangan, kesepian, dan ketakutan.
            Kebimbangan dialami seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan diambil. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputusan, sehingga kebimbangan akan cepat diatasi.
             Kesepian yang dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia berada dalam lingkungan yang ramai. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan yang dapat diajak komunikasi untuk mengalahkan rasa kesepiannya. Selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan kesibukan. Khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
            Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya maka itu di sebut phobia. Beberapa jenis-jenis phobia antara lain:
(a)   Claustrophobia dan Agoraphobia
Claustrophobia adalah ketakutan terhadap ruangan tertutup dan sempit. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang orang berada di tempat terbuka atau ramai.
(b)   Acrophobia
Acrophobia merupakan ketakutan seseorang bila berada di tempat tinggi.
(c)    Acluphobia
Acluphobia adalah ketakutan seseorang akan kegelapan. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan akan muncul sesuatu yang ditakuti.
(d)   Entetophobia
Adalah ketakutan terhadap jarum suntik.
(e)   Atychiphobia
Adalah takut akan kegagalan. Ia merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan
Apa yang membuat seseorang menjadi phobia?
            Ahli-ahli medis mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan banyak penderita yang mempunyai teori tentang asal mula ketakutan mereka. Kebanyakan phobianya di mulai dengan suatu shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu. Beberapa penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan tertekan sejak masa kanak-kanak, tetapi phobia juga dapat berkembang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.
            Umumnya ada dua aliran tentang penyebab phobia. Ahli-ahli jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus di temukan, dihadapi, dan di taklukan sebelum phobianya hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat  tingkah laku percaya suatu phobia adalah problemanya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli-ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus-menerus, membuat keadaan penderita sepuluh kali lebih parah.

c. Kekalutan Mental
            penderitaan batin dalam psikologi di kenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
            Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
a.      Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
b.      Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:
a.      Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
b.      Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah.
c.       Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental antara lain sebagai berikut:
a.      Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
b.      Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri.
c.       Cara pematangan batin yang salah dengan dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.
Prose-proses kekalutan mental yang di alami seseorang mendorong ke arah:
a.      Positif: trauma (luka jiwa) yang dialami di jawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup.
b.      Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.

Bentuk-bentuk frustasi antara lain:
a.      Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan sekitarnya
b.      Regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan misalnya dengan menjerit-jerit, menangis meraung-raung, memecahkan barang
c.       Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada suatu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu membentur-benturkan kepala pada benda keras
d.      Proyeksi merupakan usah melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap diri sendiri yang negatif kepada orang lain.
e.      Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
f.        Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari orang lain.
g.      Autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil tidak mau berkomunikasi dengan orang lain ia puas dengan fantasinya sendiri
Penderita kekalutan mental banyak terdapat di lingkungan seperti:
1.      Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang tidak mau tahu keperluan hidupnya, sebaian orang tidak mau tahu penderitaan orang lain akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
2.      Anak-anak usia muda yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya.
3.      Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawa ke dalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaa) daripada kaum pria.
4.      Orang yang tidak beragam tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kuasa yang lebih tinggi, shingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya dalam keadaan sulit orang yang demikian mudah sekali mengalami penderitaan
5.      Orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha yaitu mencari untuk sebanyak mungkin mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan masalah spiritual
Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama menderita mereka merasa ptutus asa lalu mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.

D.Penderitaan Dan Perjuangan
            Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik berat maupun ringan. Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi hidup manusia, bahwa manusia ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia tidak boleh hidup pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup. Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
            Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada dan disertai kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan.
            Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagaian dari kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekan dalam penjara kolonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian juga pemimpin-pemimpin kita yang lain.

E.Penderitaan dan sebab-sebabnya
            Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat di perinci sebagai berikut:
A)     Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang di sebut sebagai nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
B)     Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi karena siksaan/azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Contohnya: seorang anak laki-laki yang dilahirkan buta diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kemudian kecerdasannya luar biasa daripada yang lain.

F. Pengaruh Penderitaan
            Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif dan sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, puyus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti.

            Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup. Bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.








sumber: Seri diktat kuliah Ilmu budaya dasar. widyo nugroho, achmad muchji. universitas Gunadarma 


Jumat, 23 Oktober 2015

Cara Menghadapi 4 Tipe Kepribadian Manusia

 Menurut  Hippocrates-Galenus, karakter manusia di bagi menjadi 4 macam kepribadian yaitu sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis.  Keempat kepribadian itu akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting dalam tubuh manusia. Keempat cairan itu adalah:
1.      Darah yang bersifat panas (sanguinis)
2.      Lendir yang bersifat dingin (melankolis)
3.      Empedu yang bersifat kuning (koleris)
4.      Empedu hitam yang bersifat (plegmatis)
Galenus mengatakan bahwa keempat cairan tersebut ada dalam proporsi tertentu, dimana salah satu cairan lebih dominan dari cairan yang lain, maka cairan tersebut dapat membentuk kepribadian seseorang. Berikut penjelasan dari empat kepribadian tersebut dan cara menghadapinya.

1.Sanguinis
            Sanguinis adalah kepribadian yang pada umumnya adalah mereka yang  suka bersenang-senang, ceria, humoris,supel, ekspresif,  sangat menikmati hidup,tidak mudah putus asa, mengikuti perkembangan zaman, dan banyak menarik perhatian. Orang dengan kepribadian sanguinis  sangat mudah menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka berteman tanpa memilih-milih. Kehangatan orang-orang sanginis ini benar-benar membuat orang-orang merasa nyaman bila berada di samping mereka. Sanguinis senang dengan cerita yang seru dan mereka pandai mengemas cerita tersebut menjadi cerita yang sangat seru, sampai-sampai ceritanya menjadi lebih seru dari pada yang sebenarnya terjadi. Karakter ini menyukai humor dan lebih pintar untuk memotivasi seseorang yang sedang dalam masalah. Orang-orang sanguinis sangat antusias terhadap banyak hal. Mereka bisa melakukan apa saja, selam itu dapat menghibur dirinya dan bermanfaat bagi orang lain.
            Karakter sanguinis juga memiliki beberapa kekurangan. Mereka sering lupa dan mudah kehilangan benda-benda disekitarnya. Mereka tidak bisa disiplin dan kurang bisa diikat dengan peraturan. Dari sisi emosional mereka sedikit labil. Menganggap segala sesuatu yang di hadapi amat penting, tapi segera dapat melupakannya sama sekali sesaat kemudian. Mereka juga pada umumnya berpikiran pendek dan tidak teratur. Mereka akan stres jika menghadapi situasi dimana hidupnya terasa tidak menyenangkan karena orang sanguinis takut tidak populer.
Cara mengahadapinya:
            Karakter sangunis adalah mereka yang ingin selalu diperhatikan, butuh kasih sayang, dukungan dan penerimaan dari orang-orang sekelilingnya. Mereka juga sangat haus pujian. Mereka melakukan segala sesuatu oleh niat untuk mendapatkan pujian.  Sekecil apapun pujian dan penghargaan mereka pasti akan menyukainya. Seandainya dia sedang marah, kita harus lebih sabar untuk bisa menyenangkan hatinya dengan cara mencoba untuk membuat dia perhatian terhadap kita dengan menyuguhkan sesuatu yang menarik hatinya.  Jangan sampai kita bersifat acuh terhadapnya. Jangan sekali-kali mengoreksinya ketika dia sedang marah karena marahnya tidak cepat reda. Carilah waktu yang tepat untuk mengingatkannya.  Berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik.

2.Melankolis
            Melankolis adalah karakter yang pada umumnya perfeksionis, sensitif, tipe pemikir, disiplin, tekun, rela berkorban, dan memiliki kemampuan analisis yang kuat.  Orang-orang melankolis adalah tipe yang paling banyak dicari untuk dijadikan sahabat karena sifat rela berkorbannya. Karakter ini berlawanan dengan karakter sanguinis, karena melankolis tidak menyukai cerita seru yang dibuat oleh sanguinis. Orang melankolis cenderung memilih pekerjaan yang membutuhkan ketekunan, sekali ia memilih sesuatu maka ia akan setia mengerjakannya.
            Karakter ini juga  memiliki beberapa  kelemahan. Mereka cenderung tertutup, kurang bermasyarakat,sering berpikiran negatif dan suka menyalahkan dirinya sendiri tiap kali ada hal buruk yang menimpanya.  Perasaan mereka yang sensitif membuat mereka jadi pendendam dan sering terlihat murung. Mereka suka mengungkit-ungkit kesalahan orang lain di masa lalu.
Cara menghadapinya :
            Dalam menghadapi karakter melankolis ini memang tidak mudah. Kita harus peka dan segera mengoreksi diri kita sebelum ia mengoreksi kita. Jika ia sedang marah jangan langsung diajak berbicara. Diamkanlah dan akuilah kesalahan kita walau sebenarnya kita tidak salah. Cara ini lebih aman dan nyaman . melankolis butuh waktu untuk menenangkan diri karena mereka sibuk memikirkan dan mengoreksi kesalahan orang lain. Biasanya mereka sanagt butuh dukungan untuk membenarkan pendapatnya. Untuk mengingatkan kesalahannya, mereka perlu diajak berpikir logis dengan mengembalikan kata-katanya. Kita perlu argumen yang kuat untuk meluluhkan hatinya.
            Orang-orang melankolis menginginkan orang lain bisa memberinya dukungan, terutama dukungan yang bersifat moril. Terkadang mereka tidak bisa memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Oleh karena itu kita harus mendengarkan keluh kesahnya dengan seksama. Jangan memotong pembicaraannya sebelum ia mempersilahkan kita menanggapi permasalahannya.

 3.Koleris
            Seorang koleris memiliki kemauan keras dalam mencapai seusuatu. Jika ada orang yang menentangnya, justru tekadnya akan semakin kuat. Mereka paling suka berdebat dan paling suka menang sendiri. Mereka cenderung menjadi seorang pemimpin. Koleris juga pada umumnya aktif, cekatan, mandiri, tegas, dan berpendirian keras dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri dan orang lain, mereka suka memaksakakan kehendaknya. Mereka adalah tipe yang sangat menyukai aktivitas, mereka tidak perlu dirangsang oleh lingkungannya tetapi justru mereka yang merangsang lingkungannya melalui ide-ide, rancangan, dan ambisinya. Mereka bukan tipe yang mudah menyerah terhadap tekanan orang lain justru tekanan tersebut semakin mendorongnya untuk maju.
            Kelemahan dari karakter koleris ialah mereka cenderung sarkastik, dingin,tidak mau kalah dan ceroboh. Selain itu mereka tidak mudah bersimpati terhadap orang lain. Mereka bukan orang yang mudah mengekspresikan perasaannya terhadap orang lain. Mereka cenderung tidak peka akan kebutuhan orang lain. Salah satu sisi negatif dari orang-orang  koleris adalah sifat pemarahnya dan sulit memaafkan sebuah kesalahan.
Cara menghadapinya:
            Orang-orang koleris sama sekali tidak menyukai kritikan. Namun sebaliknya, mereka sangat suka mengkritik orang lain. Mereka suka berdebat, tetapi inti perdebatan itu adalah kemenangan baginya bukan mencari kebenaran. Jadi, jika kita terlibat pedebatan dengan orang-orang koleris, maka usahakan untuk tidak mengkritik opini mereka. Apabila kita tidak menyukai opini mereka, cukup kemukakan opini kita tanpa harus mematahkan opini dan argumentasi mereka.

4.Plegmatis
            Plegmatis adalah karakter yang pada umumnya tidak suka bermasalah dan lebih menurut saja. Mereka tidak suka terlibat dalam konflik atau perdebatan. Mereka merupakan orang yang suka damai, mudah diajak bergaul,santai,setia,tidak mudah terpengaruh,sabar, tenang dalam setiap permasalahan, ramah, dan menyenangkan. Karakter ini biasanya disukai oleh koleris. Mereka jarang sekali terpengaruh oleh lingkungan. Mereka butuh waktu untuk beradaptasi dengan perubahan. Karena sifatnya yang menyukai kedamaian dan tidak menyukai pertikaian, plegmatis cenderung menarik diri dari segala macam keterlibatan. Hal ini lah yang sering kali menghambatnya untuk menunjukan kemampuannya secara total dan cenderung menjadi pasif dan pemalas.
            Kelemahan dari karater plegmatis ialah mereka biasanya kurang bisa bergerak cepat, lambat kurang displin, dan senang dengan yang santai. Mereka cenderung tidak mau berbagi atau kikir. Mereka selalu beranggapan bahwa apa yang mereka miliki hanya akan dibaginya dengan orang-orang yang sudah cukup akrab dengannya. Orang-orang plegmatis juga suka menunda-nunda pekerjaan. Hal tersebut terjadi karena orang-orang plegmatis tidak memiliki motivasi dalam setiap aktivitasnya sehingga ia sering bekerja asal-asalan.  Mereka lebih suka dipimpin. Mereka biasanya lebih cocok menjadi pendengar yang baik. Plegmatis juga memiliki sifat penakut. Selama mereka masih dikuasai oleh rasa takut, kemungkinan mereka maju sangatlah kecil.
Cara menghadapinya:
Orang-orang plegmatis tidak menyukai orang-orang yang sama pasifnya atau lebih pasif dari mereka. Pada dasarnya, mereka lebih suka dipimpin dan mencari orang-orang yang bisa memotivasinya. Jika mereka dalam masalah biasanya cuma diam dan butuh waktu lama untuk menceritakan permasalahannya. Mereka paling tidak suka bila dipaksa untuk menceritakannya permasalahannya dan lebih suka menangis. Mereka akan berbicara jika suasana hatinya sudah membaik.
Plegmatis lebih suka dengan solusi dan paling tidak suka memperpanjang masalah. Paling tidak ada dua cara menghadapinya. Yang pertama, jangan terburu-buru untuk segera menyelesaikan masalah dengan mereka. Kedua, biarkan saja supaya mereka bisa berpikir lama, menilai, dan mencermati sikapnya sendiri.  




Sumber:
Yogi Pratama, 1 menit bisa membaca wajah, pikiran dan karakter orang lain, Yogyakarta: Real Books 2015
Harfi Muthia .S.Psi., M.Psi , mudahnya mengenal karakter orang lain, Yogyakarta: Notebook 2015

Rabu, 21 Oktober 2015

TIGA PILAR KEPRIBADIAN MANUSIA

     Bila bicara mengenai kepribadian manusia, kita pasti akan membahas tiga pilar kepribadian manusia, yaitu Id, Ego, dan Super ego. Teori tiga pilar ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Ia dikenal dengan teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru saat itu karena saat itu para ahli hanya menyibukkan diri dengan alam kesadaran. Dalam perkembangan teorinya tersebut Sigmund Freud selalu menggunakan tiga pilar ini.


A.Id (Naluri)
            Dalam kepribadian manusia, Id adalah bagian tertua dalam kepribadian manusia. Id sudah dimiliki seorang manusia ketika ia masih menjadi bayi, bahkan ketika ia belum berhubungan dengan dunia luar. Sigmund Freud mengatakan bahwa Id ini lebih banyak dipengaruhi prinsip kesenangan, yaitu selalu berusaha untuk mendapatkan kepuasan dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak segera terpuaskan, hasilnya adalah kecemasan dan ketegangan. Sebagai contoh, seorang bayi yang lapar pasti akan menangis jika ia tidak diberi makan. Perlu diketahui Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tetapi ia tidak dapat membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Contohnya, seorang anak kecil menangis ketika dilarang bermain tanah padahal didalam tanah tersebut terdapat banyak kuman.



B. Ego (Aku/saya)
            Sigmund Freud menyebutkan bahwa Ego adalah bentuk dewasa dari Id yang bertugas untuk memastikan bahwa keinginan Id dapat dipenuhi dengan menggunakan cara-cara yang sesuai dengan aturan dan norma-norma yang dapat diterima oleh orang lain. Ego sesalu bekerja sesuai dengan realitas yang ada. Ego selalu berusaha menyesuaikan keinginannya sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dilingkungannya. Salah satu akibat terusiknya Ego manusia adalah munculnya perasaan marah atau kecewa. Ego inilah yang nantinya sangat berperan dalam perkembangan emosinya. Contohnya, seorang anak yang terbiasa keinginannya selalu dipenuhi oleh orang tua cenderung akan menjadi manja.



c. Superego (hati nurani)
            Pilar terakhir dalam kepribadian manusia adalah superego. Pilar inilah yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orangtua dan masyarakat. Superego diyakini dapat memberikan pedoman untuk membuat penilaian, terutama tentang yang baik atau buruk, benar atau salah, halal atau haram, dan lain sebagainya. Superego memegang peranan sebagai pengendali dari Id dan Ego hasil dari penyerapan standar aturan dan pranata dari pendidikan orang tua, sekolah, dan juga masyarakat. Superego merupakan bagian dari kepribadian manusia yang berkaitan erat dengan etika, standar moral, dan aturan. Contohnya, kewajiban anak muda menghormati orang yang lebih tua, larangan minum-minum keras dan berjudi, dan sebagainya. Apabila kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Superego atau hati nurani pasti akan menghasilkan perasaan bersalah, kegelisahan, dan rasa khawatir. Tak jarang dalam kehidupan ini seorang manusia akan dihadapkan pada sebuah konflik yang super besar yaitu pergulatan antara Id, Ego, dan Superego. Apabila Ego-nya lebih besar maka tentu saja ia akan kalah dan diperbudak oleh egonya sendiri. Tetapi, apabila Superego yang menang maka itu artinya ia bisa mengalahkan dirinya sendiri dan bisa mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang sudah ia pegang selama ini.contohnya, saat seseoramg ingin membalas dendam terhadap seseorang jika Superegonya yang menang maka ia tidak akan balas dendam terhadap seseorang tersebut karena membalas dendam adalah perbuatan yang tidak baik. Kemenangan Superego tidaklah mudah karena ia harus benar-benar mendengarkan suara hatinya yang terdalam.  




Sumber:
Harfi Muthia S.Psi.,M.Psi. Mudahnya mengenal karakter orang lain. Yogyakarta: Notebook 2015
Sarlito W. Sarwono. Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Pers 2012